Just another WordPress.com weblog

Archive for November, 2010

WAJAH BURUK PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Neneng Hermawati

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan, dan papan, Namun, sangat miris rasanya melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. Berbagai masalahpun timbul, mulai dari sarana yang tidak memadai, membengkaknya anak putus sekolah, kurikulum yang gonta-ganti, ketidakprofesionalan para pendidik, sampai kepribadian peserta didik yang jauh dari yang diharapkan.

Bila dilihat dari segi kualitas pendidikan kita, menurut penelitian Human Development Indeks (HDI) tahun 2004, Indonesia berada di urutan ke 111 dari 175 negara. Begitupun menurut majalah Asia Week yang melakukan penelitian terhadap Universitas terbaik di Asia, dalam majalah ini disebutkan bahwa tidak satupun Perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin, UGM diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, Unair diperingkat 75, sedangkan ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah dibandingkan universitas nasional sains dan teknologi Pakistan. Selain itu dilihat dari kepribadian perilaku pelajar kita, tidak sedikit dari mereka yang tawuran antar sekolah atau antar perguruan tinggi, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, ataupun perilaku mereka yang sudah tergolong dalam tindak kriminal. Seperti geng motor yang kebanyakan anggotanya masih berstatus pelajar.

Beginilah wajah buruk pendidikan kita, setidaknya bila kita cermati terdapat dua faktor  yang mempengaruhi gagalnya pendidikan yang berlaku di Indonesia. Pertama, paradigma pendidikan nasional. Kedua, mahalnya biaya pendidikan. Diakui atau tidak sistem pendidikan yang berlaku saat ini adalah sistem pendidikan yang memisahkan peranan agama dari kehidupan. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab ke VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan, dan khusus. Adanya pembagian pendidikan umum dan keagamaan yang terdapat pada pasal tersebut memberikan gambaran bahwasanya pendidikan kita memang dikotomi. Pendikotomian pendidikan melalui kelembagaan dapat terlihat dari pendidikan agama terdapat pada madrasah-madrasah, institut agama, dan pesantren. Dan lembaga-lembaga tersebut dikelola oleh Departemen Agama. Sementara pendidikan umum melalui Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Kejuruan, serta Perguruan Tinggi dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan seperti ini tentu saja tidak akan melahirkan peserta didik ayang memiliki kemamapuan menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi sekaligus juga memiliki kepribadian berupa perilaku yang mulia. Padahal tujuan pendidikan nasional sendiri adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini mungkin tidak sedikit dari output peserta didik kita yang berhasil menguasai sains dan teknologi melalui pendidikan umum, namun tidak sedikit diantara mereka yang kurang memiliki kepribadian yang mulia. Apalagi saat ini ukuran kelulusan peserta didik hanya dinilai dari Ujian Nasional (UN) saja, artinya para peserta didik hanya ditujukan untuk menguasai materi saja tanpa nilai spiritualnya. Disisi lain, mereka yang belajar di pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan secara relatif memiliki kepribadian baik, tapi tidak sedikit diantara mereka yang buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. Akhirnya, sektor-sektor modern seperti perdagangan, industri, jasa dan lain-lain diisi oleh orang yang relatif awam terhadap agama.

Permasalahan mengenai biaya pendidikan pun ikut menambah buramnya kualitas pendidikan kita. Di zaman sekarang memang untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas baik harus menelan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat yang kurang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah yang kualitas pendidikannya bagus terpaksa hanya mendapatkan di sekolah yang terbatas sarana dan prasarananya. Di daerah-daerah banyak sekolah yang kurang berfungsi dengan baik, diantaranya kerusakan bangunan, sarana terbatas, namun dengan kondisi tersebut mereka tidak putus semangat untuk tetap terus belajar walaupun dengan fasilitas seadanya. Tidak dipungkiri bahwa tiap tahunnya, setiap jenjang pendidikan terus mengalami kenaikan biaya pendidikan, akibatnya banyak diantara mereka yang putus sekolah, atau bahkan tidak sekolah karena terhalang masalah biaya. Bagaimana mungkin tetap mencapai tujuan nasioanal yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa ?! Memperoleh pendidikan pun sulit untuk diperoleh !

Oleh karena itu, perlu adanya penyelesaian problem pendidikan secara mendasar yaitu dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh mulai dari merubah paradigma pendidikan nasional yang memisahkan pendidikan umum dengan pendidikan agama, menjadikan peranan agama sebagai landasan dalam proses pendidikan. Pendidikan agama tidak hanya diberikan satu kali dalam seminggu tapi juga harus dijadikan dasar atau landasan bagi mata pelajaran lainnya, sehingga akan melahirkan peserta didik yang tidak hanya menguasai sains dan teknologi tapi juga memiliki akhlak yang baik. Selain itu juga untuk mengatasi komersialisasi pendidikan diperlukan peranan negara dalam hal ini pemerintah untuk melakukan upaya yang sistematis merubah paradigma pendidikan yang komersial dengan menyediakan sarana dan sarana pendidikan yang memadai, bermutu tinggi, dengan biaya yang dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat tanpa ada perbedaan berdasarkan kualitas pendidikan ditentukan oleh berapa besar biaya pendididkan yang dikeluarkan. Peran serta pemerintah ini sebenarnya sebagai bagian dari pelayanan terhadap masyarakat dalam hal mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian dari perubahan tersebut akan melahirkan peserta didik yang berkualitas sehingga mampu memegang peranannya sebagai generasi penerus bangsa yang akan membawa pada kemajuan.

Peluncuran buku 50 tahun Pdt Bernard T.P Siagian,MTh, ketuk jemaat peduli sekolah

KopiOnline (Jambi) – Keprihatinan akan dunia pendidikan di Sekolah SMP-SMA Nomensen Jambi, mengetuk hati nurani seorang Hamba Tuhan di Jambi untuk berbuat tindakan nyata bersama dengan Jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Jambi. Kepedulian HKBP terhadap sekolah Nomensen Jambi selama ini bagaikan pepatah “hidup segan, mati tak mau”.

Berangkat dari keprihatinan itu, Pdt. Bernard T.P Siagian, MTh (Melayanai di Resort HKBP Jambi) menulis tiga buku sekaligus yang berjudul “Komunitas Iman dan Ibadah”, “Ekklesiologi di Masyarakat Pluralis” dan “Aura Musik dan Tahta Sang Pencipta”.
Hasil sumbangan dari pencetakan 1000 eksamplar ketiga jenis buku itu akan disumbangkan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah Nomensen Jambi yang selama ini masih terabaikan. Ditargetkan sekitar Rp 300 juta sumbangan dari dermawan serta undangan seluruhnya akan dimanfaatkan untuk Sekolah Nomensen Jambi.
Demikian dikatakan Pdt. Bernard T.P Siagian, MTh dalam wawancara khusus dengan BATAKPOS di Sekolah Nomensen, Selasa (9/11) malam. Menurutnya, peluncuran tiga judul buku itu sebagai rasa syukur di hari ulang tahun emas (12 Oktober 1960-12 Oktober 2010). “Maksud saya menulis buku ini, supaya membawa sekalian orang yang konsen kepada kehidupan gereja yang fokus bahwa gereja harus hidup di tengah masyarakat dan bangsa Indonesia. HKBP sebagai gereja yang besar harus menjadi pionir dan menunjukkan keteladanan untuk berbuat di tengah masyarakat dan konsep pembangunan Bangsa Indonesia,” katanya.
Keprihatinan Pdt. Bernard T.P Siagian, MTh selama ini, gereja khususnya HKBP kurang kepedulian terhadap Bangsa Indonesia. Tidak ada suara Kenabian yang disuarakan HKBP. “Saya juga ingin menggugah pemimpin Gereja, khususnya di HKBP untuk peduli dengan Bangsa Indonesia yang kini “kacau balau”. Sisi yang fokus saya dalam menulis buku ini, saya bergumul di HKBP, terutama di HKBP Jambi yang potensinya begitu besar, banyak jemaat yang kaya raya, tapi apa manfaatnya bagi masyarakat,” ujarnya.
Disaat Pdt. Bernard T.P Siagian melihat kondisi Sekolah Nomensen yang “mati segan hidup tak mau” sepertinya ada kontra atau gep yang sangat luar biasa. Jadi Sekolah Nomensen harus diselamatkan dan harus dipedulikan oleh HKBP. “Saya sangat terenyuh melihat sekolah Nomensen Jambi. Saya melihat selama ini tidak ada kepedulian Pimpinan dan jemaat HKBP Jambi terhadap sekolah tersebut. Ini yang saya ingin gebrak, bahwa Gereja HKBP Jambi tidak boleh tutup mata terhadap pendidikan. Panggilan pendidikan yang harus dijalankan Gereja di tengah-tengah masyatakat,” katanya.
Menurut mantan Dosen FKIP Nomensen ini, sejak di Jambi, dirinya prihatin atas dunia pendidikan di sekolah Nomensen Jambi. Dengan rasa syukur, Tuhan berikan kesempatan kepada Pdt. Bernard T.P Siagian untuk menulis buku. Dari hasil sumbangan buku tersebut, dirinya berkomitmen untuk membenahi Sekolah Nomensen Jambi.
Setidaknya ada tiga prioritas untuk siswa di Sekolah Nomensen yakni Fasilitas Internet Gratis agar siswa lebih berkemampuan dalam informasi teknologi, Studio Musik dengan kelengkapan perangkat musik agar siswa dapat belajar musik. Kecerdasan musik sangat mengena kepada seluruh kecerdasan manusiawi, serta membangun kecerdasan intelektual dan spriritual. Kemudian fasilitas radio komunitas. Radio kumunitas tersebut akan melatih siswa untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat luas.
Rencana program itu sangat perlu di Sekolah Nomensen HKBP. “Ketiga program itu akan menjadikan Sekolah Nomensen Jambi lebih berkualitas serta tidak dipandang sebelah mata. Pihak gereja HKBP Jambi harus mendukung hal itu demi majunya Sekolah Nomensen Jambi. Pihak sekolah dan Yayasan Nomensen Jambi juga akan mengefektifkan komunikasi dengan Pimpinan HKBP Jambi,” katanya. Menurut Pdt. Bernard T.P Siagian, Gereja HKBP Jambi harus disadarkan bahwa dunia pendidikan juga menjadi tanggungjawan HKBP Jambi.
Kepala Sekolah SMP Nomensen Jambi, P Lumbantoruan S.Pd didampingi Kepala Sekolah SMA Nomensen Jambi, P Pardosi SPd, MBA dan Ketua Yayasan Nomensen HKBP Jambi, Drs. Andipenta Purba M Hum, M Div mengatakan, perhatian HKBP Jambi masih dalam bentuk pelayanan acara kebaktian setiap hari Kamis dan dukungan dalam bentuk doa.
Sekolah berharap perlu peningkatan perhatian dalam bentuk dukungan dana. Karena pihaknya melihat potensi umat HKBP mampu untuk dukungan dana tersebut. Umat HKBP Jambi masih ada yang peduli untuk peningkatan kualitas layanan proses pembelajaran di SMP-SMA Nomensen Jambi. “Pimpinan HKBP Jambi tinggal membuka saluran yang resmi untuk Sekolah Nomensen Jambi. Dukungan dana sangat dibutuhkan untuk memperkuat komponen-komponen sekolah sebagai system dalam suatu struktur organisasi penyelenggara pendidikan seperti keberadaan guru tetap,” kata P Lumbantoruan yang kini tengah menyusun Thesis di MTP Unja ini.
Menurut P Pardosi SPd, siswa SMA berjumlah 90 siswa, kelas I 30 orang, kelas II 26 orang dan kelas III 34 orang. Sementara SMP kelas I 31 orang, kelas II 36 orang dan kelas III 28 orang. Sedangkan tenaga pengajar hanya ada dua guru PNS (tetap) dari 13 guru yang ada di Nomensen Jambi. Dua guru diantaranya agama Muslim dan siswanya juga ada yang muslim. Sekolah Nomensen Jambi sekolah yang terbuka untuk umum. Sekolah Nomensen juga banyak menorehkan prestasi di Jambi.
Menurut P Lumbantoruan S.Pd dan P Pardosi SPd, MBA, dengan peluncuran buku ucapan syukur Jubileum 50 Tahun Pdt. BTP Siagian MTh, kerinduan pihak sekolah mulai terjawab. Selaku keluarga besar SMP-SMA Nomensen Jambi mengucapkan selamat atas suksesnya peluncuran buku tersebut dan Pdt. BTP Siagian MTh dan tetap setia dalam pelayanan.
Sementara itu Ketua Yayasan Nomensen HKBP Jambi, Drs Andipenta Purba M Hum, M Div mengatakan, dengan kepengurusan yayasan yang baru, pihaknya akan mengintensifkan komunikasi dengan Parhalado HKBP Jambi serta Pimpinan HKBP Jambi. “Selama ini komunikasi antara pengelola yayasan dengan pihak Gereja HKBP Jambi terputus.
Sebelumnya pembentukan sekolah Nomensen Jambi adalah kesepakatan jemaat dan pimpinan HKBP Jambi. Saya selaku ketua yayasan yang baru akan melakukan perbaikan,” kata Dosen FKIP Universitas Jambi yang juga kandidat Doktor Ilmu Sosial ini.
Pihak pengelola yayasan akan menyakinkan Parhalado dan warga jemaat HKBP Jambi akan pentingnya dukungan terhadap keberadaan Sekolah Nomensen Jambi. Manajemen Sekolah Nomensen Jambi juga akan dibenahi sehingga dapat menjamin peningkatan dunia pendidikan.
Salah seorang pemerhati Sekolah Nomensen Jambi, Bp Samosir mengatakan, harus ada kerangka yang jelas antara pihak yayasan dengan gereja HKBP Jambi. “Harus ada hubungan yang jelas antara HKBP Jambi dengan Yayasan Nomensen HKBP Jambi. Sehingga kedepan tidak ada timbul masalah baru,” katanya. bam

sumber : http://www.koranpagionline.com